| Filename | Keutamaan Manusia |
| Permission | rw-r--r-- |
| Author | Heru Cimay |
| Date and Time | 3/23/2011 |
| Label | Pendidikan Agama Islam |
| Action |
Ketika kita mengenal kata sempurna, kita pasti tertuju kepada keutamaan, meskipun demikian semua yang tidak "semuprna" bukan berarti tidak memiliki "keutamaan". Lalu sebagai makhluk yang sempurna, apakah keutamaan yang kita miliki dan makhluk lain tidak memilikinya? Dibawah ini pembahasannya.
Sekalipun dilihat dari segi fisik dan
kekuatan lakhiriah manusia merupakan makhluk yang kecil dan lemah. Namun dari
segi psikhis dan potensi Internal yang tersimpan dalam dirinya tidak bisa
diingkari bahwa manusia adalah makhluk pilihan. Bahkan dari segi tubuhnya yang
serba lengkap itu saja telah menjadi miniatur alam raya.
Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu ada dalam pemeliharaan, perlindungan, bimbingan, pengajaran Allah. Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia itu selalu dekat dengan Allah dan Allahpun dekat dengannya sebagaimana dinyatakan dalam QS. Qaaf 15:
Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu ada dalam pemeliharaan, perlindungan, bimbingan, pengajaran Allah. Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia itu selalu dekat dengan Allah dan Allahpun dekat dengannya sebagaimana dinyatakan dalam QS. Qaaf 15:
“Dan sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”.
Usman Asy Syakir Al Haudawiyyi (dalam terjemahan Rasihi Abdul Gani, mengutif tafsir Hanafi tentang (QS Al-Ahzab 72):
Usman Asy Syakir Al Haudawiyyi (dalam terjemahan Rasihi Abdul Gani, mengutif tafsir Hanafi tentang (QS Al-Ahzab 72):
Ketika Adam diserahi amanat ia
berkata: “Sungguh gunung, langit, bumi, yang dengan kebesarannya dan
keluasannya saja, enggan untuk menanggungnya, maka bagaimana aku makhluk yang lemah
seperti ini harus menanggung amanat itu”. Kemudian Allah SWT menjawab:
“Sesungguhnya engkau adalah hanya pelaksana dari apa yang aku kehendaki diatas
bumi ini. Karena sesungguhnya kekuatannya adalah dari-Ku, maka laksanakan
amanat itu”.
Yusuf Qordhawy menyatakan bahwa “Tidak ada batas dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi hubungan langsung antara manusia dengan Allah. Setiap manusia memuja, memuji, berdoa, dan memohon kepada Allah dan memerlukan mediator”. Ini salah satu kemuliaan manusia sehingga setiap setiap permohonannya selalu dikabulkan sebagaimana dinyatakan dalam (QS Al-Mu’Min 60):
Yusuf Qordhawy menyatakan bahwa “Tidak ada batas dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi hubungan langsung antara manusia dengan Allah. Setiap manusia memuja, memuji, berdoa, dan memohon kepada Allah dan memerlukan mediator”. Ini salah satu kemuliaan manusia sehingga setiap setiap permohonannya selalu dikabulkan sebagaimana dinyatakan dalam (QS Al-Mu’Min 60):
“Dan Tuhanmu berfirman mintalah kepada-Ku
niscaya Aku kabulkan bagimu sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari
beribadat kepada-Ku akan masuklah mereka kedalam jahanam dalam keadaan hina
dina”.
Dalam ayat lain yaitu QS Al-Baqarah
168:
“Dan apabila Hamba-Ku bertanya
keoadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Dalam perspektif al-Qur’an “citra diri” manusia yang merupakan wujud dari kepribadian sebenarnya merupakan sinergi dari kualitas daya yang dimiliki oleh dimensi-dimensi fitrah tersebut. Selanjutnya kualitas pribadi manusia tidak terbentuk secara sekaligus, tetapi melalui proses yang panjang dalam proses pendidikan, karena itu manusia wajib menuntut ilmu selama hidupnya. Rasulullah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barr bahwa: “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan”. Dalam pernyataan lain disabdakan pula bahwa: “Tuntutlah ilmu meskipuh sampai ke negeri Cina karena sesungguhnya ilmu itu merupakan kewajiban pada setiap orang Islam. Para malaikat meletakkan sayapnya (memayungkan sayapnya) kepada penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut”. (H.R Ibnu Abdul Barr). Kemuliaan manusia terletak pada potensi yang dimilikinya dari dimensi jasmani (fisik) rohani (psikis) , dan perpaduan dari keduanya yang disebut dimensi nafs (psikis – fisik). Selanjutnya ibnu taymiah sebagaimana dikutip oleh Mahmud sa’ad al-Thablawiy dalam al-Tasawuf Fill, Ibnu Taymiah (1984; 102 - 105) menyebutkan bahwa fitrah merupakan potensi bawaan manusia, yang ada pada ketiga dimensi manusia tersebut. Potensi bawaan ini ada sejak zaman permulaan penciptaan, yaitu pada alam perjanjian (alam al mitsaq). Fitrah in kemudian menjadi suatu karakter (al-thab’u) yang baik, ini berkembang menuju kesempurnaan (al – mukalimah). Kesempurnaannya karena dibimbing oleh syariah yang diturunkan (al – syari’ah munazalah) Fitrah berarti tauhidullah : manusia lahir dengan tauhid atau tidak dia berkecenderungan untuk mengesahkan Tuhan, dan berusaha secara terus menerus untuk mencari dan mencapai ketauhidan tsb.
Dengan kelengkapan jasmaninya, dia melaksanakan tugas – tugas yang memerlukan dukungan fisik. Dalam perapektif al-Quran “citra diri” manusia yang merupakan sinergi dari kualitas daya yang dimiliki dimensi - dimensi fitrah tersebut. Selanjutnya kualitas pribadi manusia tidak terbentuk secara sekaligus, tetapi melalui proses yang panjang dalam proses pendidikan, karena iu manusia wajib menuntut ilmu selama hidupnya.
Dalam perspektif al-Qur’an “citra diri” manusia yang merupakan wujud dari kepribadian sebenarnya merupakan sinergi dari kualitas daya yang dimiliki oleh dimensi-dimensi fitrah tersebut. Selanjutnya kualitas pribadi manusia tidak terbentuk secara sekaligus, tetapi melalui proses yang panjang dalam proses pendidikan, karena itu manusia wajib menuntut ilmu selama hidupnya. Rasulullah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barr bahwa: “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan”. Dalam pernyataan lain disabdakan pula bahwa: “Tuntutlah ilmu meskipuh sampai ke negeri Cina karena sesungguhnya ilmu itu merupakan kewajiban pada setiap orang Islam. Para malaikat meletakkan sayapnya (memayungkan sayapnya) kepada penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut”. (H.R Ibnu Abdul Barr). Kemuliaan manusia terletak pada potensi yang dimilikinya dari dimensi jasmani (fisik) rohani (psikis) , dan perpaduan dari keduanya yang disebut dimensi nafs (psikis – fisik). Selanjutnya ibnu taymiah sebagaimana dikutip oleh Mahmud sa’ad al-Thablawiy dalam al-Tasawuf Fill, Ibnu Taymiah (1984; 102 - 105) menyebutkan bahwa fitrah merupakan potensi bawaan manusia, yang ada pada ketiga dimensi manusia tersebut. Potensi bawaan ini ada sejak zaman permulaan penciptaan, yaitu pada alam perjanjian (alam al mitsaq). Fitrah in kemudian menjadi suatu karakter (al-thab’u) yang baik, ini berkembang menuju kesempurnaan (al – mukalimah). Kesempurnaannya karena dibimbing oleh syariah yang diturunkan (al – syari’ah munazalah) Fitrah berarti tauhidullah : manusia lahir dengan tauhid atau tidak dia berkecenderungan untuk mengesahkan Tuhan, dan berusaha secara terus menerus untuk mencari dan mencapai ketauhidan tsb.
Dengan kelengkapan jasmaninya, dia melaksanakan tugas – tugas yang memerlukan dukungan fisik. Dalam perapektif al-Quran “citra diri” manusia yang merupakan sinergi dari kualitas daya yang dimiliki dimensi - dimensi fitrah tersebut. Selanjutnya kualitas pribadi manusia tidak terbentuk secara sekaligus, tetapi melalui proses yang panjang dalam proses pendidikan, karena iu manusia wajib menuntut ilmu selama hidupnya.
