Filename | Etika Bisnis |
Permission | rw-r--r-- |
Author | Heru Cimay |
Date and Time | 3/24/2011 |
Label | Business |
Action |
Etika
( yunani : ethos ) artinya adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berfikir, adat istiadat.
Etika diartikan sebagai dasar-dasar moral, termasuk ilmu mengenai kebaikan dan sifat-sifat tentang hak.
Etika diartikan sebagai dasar-dasar moral, termasuk ilmu mengenai kebaikan dan sifat-sifat tentang hak.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan
dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berbisnis.
Prilaku bisnis dipengaruhi oleh :
Prilaku bisnis dipengaruhi oleh :
Lingkungan
bisnis, organisasi dan individu, emosi dan kosa kata tertentu.
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar
diaplikasikan dalam
kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk
akal – standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit.
Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit.
Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis.
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke
dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi
dan mendistribusikan barang dan jasa
dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.
Contoh pelanggaran Etika Bisnis:
Contoh pelanggaran Etika Bisnis:
• Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
Sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya
memutuskan untuk
Melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam melakukan PHK itu,
perusahaan
sama sekali tidak memberikan pesongan sebagaimana yang diatur dalam
UU No. 13/2003
tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan x dapat
dikatakan melanggar
prinsip kepatuhan terhadap hukum.
• Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran
baru sekolah mengenakan biaya
sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini sama sekali tidak
diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga setelah diterima mau tidak
mau mereka harus membayar. Disamping itu tidak ada informasi maupun penjelasan
resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid. Setelah didesak oleh banyak pihak,
Yayasan baru memberikan informasi bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian
seragama guru. Dalam kasus ini, pihak Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan
melanggar prinsip transparansi.
• Pelanggaran etika bisnis terhadap
akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak
Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawan
yang akan mendaftar PNS secara
otomotais dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai
salah seorang karyawan di RS Swasta
itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus
karena menurut pendapatnya ia
diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur, sehingga
segala hak dan kewajiban dia
berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak
Pengelola sendiri tidak memberikan
surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut.
Karena sikapnya itu, A akhirnya
dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS
Swasta itu dapat dikatakan melanggar
prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah
Sakit.
• Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga
baby sitter. Dalam
pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan
mengirimkan
calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim
ke negara-negara
tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya
yang dikeluarkan
pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara
tujuan. B yang
terarik dengan tawaran tersebut
langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak
Rp 7 juta untuk ongkos administrasi
dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2
bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu
tahun tidak ada
kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah
ada penundaan,
begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan
PJTKI tersebut
telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan
hak-hak B sebagai
calon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk
bekerja.
• Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan
surat ijin
membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di
kawasan kavling
perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi
kewajibannya membayar
Kewirausahaan
dan usaha kecil
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18
diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll.
Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi
dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara
sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa
berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,
tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
(Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk :
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk :
- memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
- memperkenalkan metoda produksi baru,
- membuka pasar yang baru (new market),
- Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
- menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. Penrose (1963) Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.